Sabtu, 28 Mei 2011

SOSIOLINGUISTIK

Buat teman-teman yang menempuh mata kuliah sosiolinguistik, ini aku persembahkan materi kuliah pertamaku pada mata kuliah tersebut.

MATERI KULIAH
(SOSIOLINGUISTIK)

BAHASA DAN KAJIAN BAHASA

I.         BAHASA
                  Bahasa adalah system lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Harimurti Kridalaksana, 1983:17). Abdul Chaer mengemukakan ada 12 hakikat bahasa:
            1. bahasa adalah sebuah system.
            2. bahasa berwujud lambing
            3. bahasa berwujud bunyi
            4. bahasa bersifat arbitrer
            5. hasa bermakna
            6 .bahasa bersifat konvensional
            7. bahasa bersifat unik
            8. bahasa bersifat universal
            9. bahasa bersifat produktif
           10.bahasa bersifat dinamis
           11.bahasa bervariasi
           12.bahasa adalah manusiawi.

II.      KAJIAN BAHASA
Kajian linguistic mencakup dua macam, yakni linguistic mikro dan linguistic makro.Linguistik mikro memfokuskan kajiannya terhadap struktur interen bahasa. Artinya, kajiannya mencakup bidang fonologi,  morfologi, sintaksis, semantic,dan bidang leksikologi. Sedangkan linguistic makro memfokuskan kajiannya pada hubungan bahasa dengan masyarakat pemakai bahasa dan situasi penggunaan bahasa. ‘

      Jelaskanlah perbedaan linguistic mikro dan linguistic makro!

PENDAHULUAN

1.1     Pengertian Sosiolinguistik
                  Harimurti Kridalaksana dalam kamusnya mengatakan bahwa sosiolinguistik  adalah cabang linguistik yang mempelajari hubungan dan saling pengaruh antara peri laku bahasa dan peri laku sosial (1983:156). Ungkapan senada juga disampaikan oleh Abdul Chaer dan Agustina sosiolinguisti adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa di dalam masyarakat (1995:3).Dipertegas oleh Appel, sosiolinguistik memandang bahasa sebagai system sosial dan system komunikasi serta merupakan bagian dari masyarakat dan  kebudayaan tertentu. Menurutnya,pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam situasi  kongkret. Fishman (1972) mengatakan bahwa sosiolinguistik adalah kajian  tentang teori khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa. Oleh kerena itu ketiga unsure ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur.
       Dari sumber lain (Dalam situs internet yang tersebar) (1) Zaid Wahid mengatakan bahwa sosiolinguistik adalah studi atau pembahasan dari bahsa sehubungan dengan penutur bahsa itu sebagai anggota masyarakat. Ditegaskan juga bahwa sosiolinguistik mempelajari dan membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahsa, khususnya perbedaan-perbedaan (variasi) yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyaraktan (sosial). (2) Sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang menkaji hubungan antara bahsa dan masyarakat penuturnya. Ilmi ini merupakan kajian kontektual terhadap variasi penggunaan bahsa oleh masyarakat dalam komunikasi yang alami. (3) Sosiolinguistik adalah kajian interdisipliner yang mempelajari pengaruh budaya terhadap cara suatu bahasa digunakan. Dalam hal ini, bahasa berhubungan eret dengan dengan masyarakat suatu wilayah, suatu subjek/pelaku berbahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi anatara kelompok yang satau dengan kolompok yang lain.
      Dari pengertian tersebut, yang merupakan komponen sosiolinguistik (Pateda,1987:3) antara lain:
(a)    Suatu cabang linguistic
(b)   Mempelajari bahasa dan pemakaian bahasa
(c)    Dalam konteks sosial dan budaya.

1.2         Ruang Lingkup Sosiolinguistik
           Berdasarkan pengertian yang dikemukan tersebut, sosiolinguistik dibagi atas dua bagian , yakni:
(a)    Mikro sosilinguistik yang berhubungan dengan kelompok kecil, misalnya system tegur sapa
(b)   Makro sosiolinguistik yang berhubungan dengan masalah prilaku bahasa dan struktur social. Bahasa dan pemakaiannya tidak diamati lagi secara individual melainkan dihu bungkan dengan kegiatannya di dalam masyarakat atau dipandang secara sosial. Ini berarti bahasa dan pemakainya dipengaruhi oleh factor linguistic dan factor nonlinguistik. Factor linguistic yang memengaruhi bahasa dan pemakainya terdiri dari fonologi. Morfologi, sintaksis, dan semantic. Dan factor nonlinguistic yang memengaruhi
            Bahasa dan pemakainya adalah factor sosial dan factor situasional. Faktor social yang memengaruhi   bahasa dan pemakainya : status sosial, tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin,pekerjaan, dll.Dan factor situasional yang memengaruhi bahasa dan pemakainya: siapa yang diajak berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, di mana, masalah apa.

1.3     Masalah-Masalah dalam Sosiolinguistik
Konferensi sosiolinguistik  pertama yang berlangsung di Universitas of California, Los Angeles tahun 1964, telah merumuskan adanya tujuh dimensi dalam penelitian sosiolinguistik. Ketujuh dimensi yang merupakan masalah dalam sosiolinguistik itu adalah
      (1) identitas sosial dari penutur,
      (2) identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi,
      (3) lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi,
      (4) analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial,
      (5) penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran,
      (6) tingkatan variasi dan ragam linguistik
      (7) penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik.
Identitas dari penutur adalah, antara lain, dapat diketahui dari pertanyaan apa dan siapa penutur tersebut, dan bagaimana hubungannya dengan lawan tuturnya. Maka identitas penutur dapat brupa anggota keluarga, teman karib, atasan tau bawahan, guru murud tetangga pejabat, orang yang dituakan, dsb-nya. Identitas penutur dapat mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur.
Identitas sosisal dari pendengar tentu harus dilihat dari pihak penutur. Maka, identitas pendengar itu pun dapat perupa anggota keluarga dsb.-nya, yang juga memengaruhi pilihan kode dalam bertutur.
Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi dapat berupa ruang keluarga di dalam sebuah rumah tangga, di dalam mesjid, dll.
Analisis diakronik dan sinkronik dari dialek-dialek sosial brupa deskripsi pola-pola dialek-dialek sosial itu, baik yang berlaku pada masa tertentu maupun yang berlaku pada masa yang tidak terbatas. Dialek ini digunakan para penutur sehubungan dengan kedudukan mereka sebagai anggota kelas-kelas sosial tertentu da dalam masyarakat.
Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur terhadap bentuk-bentuk prilaku ujaran. Maksudnya, setiap penutur tentunya mempunyai kelas sosial tertentu dalam masyarakat. Maka, berdasarkan kelas sosial itu, dia mempunyai penilaian tersendiri terhadap bentuk-bentuk perilaku ujaran yang berlangsung.
Tingkatan variasi atau linguistik, maksudnya, bahwa sehubungan dengan hetorogennya anggota masyarakat tutur, adanya berbagai fungsi sosial dan polotik bahasa, serta adanya tingkatan kesempurnaan kode, maka alat komunikasi menjadi sangat bervariasi.
Penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik berkaitan dengan kegunaannya. Misalnya masalah pengajaran bahasa, pembakuan bahasa, penerjemahan, mengatasi konflik sosial bahasa dsb.-nya.

1.4 Sejarah Sosiolinguistik
                   Sosiolinguitik sesungguhnya bukanlah ilmu baru. Sejak 500 SM sosiolinguistik sudah dibicarakan. PANINI yang disebut sebagai pelopor sosiolinguistik telah mengadakan pengkajian memlalui sebuah bukunya yang berjudul “ASTADHAYAYI”.  Astadhayayi berisikan tentang stilistika bahasa.
                 SCHUCHARDT HASSELING & VAN NAME pada tahun 1869 sampai dengan tahun 1897, selama 88 tahun mengabdikan hidupnya untuk mengkaji dialek bahasa pedalaman Eropa dan kontak bahasa. Dari kontak bahasa inilah lahirnya bahasa-bahasa baru atau bahasa campuran.
              FERDINAND de SAUSSURE telah membuktikan juga bahwa bahasa sesungguhnya adalah sebuah fakta sosial yang terdapat dalam masyarakat. Simpulan ini diperolehnya melalui suatu pengkajian yang dilakukan dari tahun 1857 samapai dengan 1913. Beliau juga membedakan istilah parole dan langue. Sesuatu dikatakan parole bila memiliki kreteria:
a)      berwujud kenyataan pemakaian bahasa;  b) tidak sistematis; c) hetorogen.
      Semua ini harus dilihat dalam kontek sosial.  Sedangkan language memliki kreteria:
a)      sistem bahasa yang didasarkan atas pemakaian bahasa; b) bagian sosial dari bahasa; c) bersifat homogen untuk semua pemakai, d)dapat diselidiki melalui individu.
Pada tahun 1952 HARVER CURRIE menggunakan sosiolinguistik pertama kali dalam bukunya yang berjudul “A. Various Language
Pada tahun 1957 seorang linguis berkebangsaan Amerika bernama NAOM CHOMSKY dalam bukunya yang berjudul “Sintactic Structures” membedakan istilah competence dan perfomance. Competence berarti pengetahuan orang tentang sistem bahasanya sendiri. Sedangkan perfomance berarti pemakaian bahasa, artinya bagaimana seseorang memanfaatkan sistem bahasa yang diketahuinya dalam wujud penampilan bahasa.

1.5     Sosiologi vs Sosiologi Bahasa
  Linguistik terapan adalah bidang linguistic terapan yang mencakup pemanfaatan wawasan-wawasan sosiolinguistik untuk keperluan yang praktis seperti perencanaan bahasa, pembinaan bahasa, pemberantasan buta hurup, dll(tidak dikuliahkan)
Sosiologi bahasa adalah cabang sosiologi yang mempelajari integrasi antara struktur bahasa dan struktur sosial dalam peri laku manusia(Harimurti, 1983:156). Beragam tingkah laku manusia sehubungan dengan bahasa. Interaksi aspek tingkah laku seperti berbicara dan juga tingkah laku membaca dalam berbahasa. Dan organisasi sosial bahasa tercermin melalui tingkah laku  tingkah laku dan sikap berbahasa. Inilah yang menjadi bidang sosiologi bahasa(J.A. Fishman dalam Pier Paolo G.,1980:45). Apa bedanya dengan sosiolinguistik? Pada tahun 1952 Harver Currie  menggunakan istilah sosiolinguistik pertama kali dalam bukunya A Various Language. Sedangkan Fishman sendiri membedakannya  sosiolinguistik dan sosiologi bahasa. Sosiolinguistik lebih bersifat kualitatif, artinya sosiolinguistik mementingkan pemakaian bahasa oleh individu-individu dalam konteks sosial sedangkan sosiologi bahasa lebih bersifat kuantitatif, artinya sosiologi bahasa lebih mementingkan keragaman bahasa sebagai akibat pelapisan (stratifikasi) sosialyang terdapat dalam masyarakat. Di samping itu , dalam sosiologi bahasa, bahasa bukanlah hal yang dianggap system yang abstrak, melainkan suatum gejala sosial. Sedanglkan dalam sosiolinguistik ditunjukkan bgaimana pemakaian bahasa salingberpengaruh dalam sikap masyarakat pemakai bahasa yang tecermin dalapelapisan masyarakat. Cermati perbedaannya dalam tabel berikut!
Sosiologi Bahasa
Sosiolinguistik
.  cabang  sosiologi
.  terjadi integrasi struktur bahasa
    dan  struktur sosial
.   bersifat kuantitatif
.   suatu gejala sosial
.  cabang linguistik
. terjadi hubungan saling    pengaruh
   antara prilaku bahasa dan prilaku sosial
.  bersifat kualitatif
.  pemakakian bahasa yang saling berpengaruh








1.6    Beberapa Pandangan Para Ahli
Ferdinand de Saussure
F. de Saussure dalam bukunya yang berjudul Cours de Lingistique Generale membedakan istilah parole dan langue. Parole itu berwujud kenyatan pemakaian bahasa. Ia bersifat hetorogen dan tidak sistematis serta dapat dilihat dalam konteks sosial. Penelitian bahasanya pun harus didasarkan pada konteks sosial.  Sedangkan langue merupakan sistem bahasa yang didasarkan pada pemakaian bahasa. Ia merupakan bagian sosial dari bahasa yang bersifat homogen untuk semua pemakai bahasa serta dapat diamati melalui individu-individu. Jadi bahasa setiap orang akan sama dalam satuan-satuan bahasa dan penelitiannya didasarkan pada setiap orang.
           Naom Chomsky
           Chomsky dalam bukunya yang berjudul Syntactic Structures (1957) membedakan
     Istilah competence dan performance. Competence berarti pengetahuan orang
     tentang system bahasanya sendiri. Dan performance berarti pemakaian bahasa,
     Artinya bagaimana seseorang memanfaatkan system bahasa yang diketahuinya
     Dalam wujud penampilan bahasa.

 
BAHASA, DIALEK, DAN IDIOLEK

Idiolek ialah ciri khas yang dimiliki oleh seseorang individu dalam menggunakan bahasa. Atau pemakaian bahasa seseorang. Hanya pada idiolek kita melihat kenyataan psikis pemakaian bahasa karena dia sebagian dari pengetahuan pemakaian bahasa  secara individual.Idiolek seorang individu akan berbeda-beda dengan idiolek individu lain. Satuan yang besar, seperti dialek merupakan kumpulan idiolek-idiolek yang mempunyai tertentu yang berbeda dengan yang lain.  
  Jenis-Jenis Dialek
  1.   Dialek giografi adalah persamaan bahasa yang disebabkan oleh letak giografi yang berdekatan sehingga    memungkinkan komunikasi yang sering di antara penutur-penutur idiolek itu. 
  2. Dialek sosial ialah persaman yang sisebabkan oleh kedekatan sosial, yaitu penutur- penutur idiolek itu termasuk dalam satu golongan masyarakat yang sama. Atau dialek yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu. 
  3. Dialek regional adalah dialek yang ciri-cirinya dibatasi oleh tempat, misalnya dialek Melayu Menado, dialek Jawa Banyumas. 
  4. Dialek temporal ialah dialek dari bahasa-bahasa yang berbeda-beda dari waktu ke waktu, misalnya bahasa Melayu kuna, bahasa Melayu modern

 VERBAL REPERTOIRE (VR)
          Diartikan sebagai kemampuan berkomunikasi yang dimilki oleh penutur.Ini bererti penutur mampu berkomunikasi dalam berbagai ragam bahasa kepada pihak lain dalam berbagai ujaran. Kamus linguistic ditemukan kata repertorium(repertoire) berarti (1) keseluruhan bahasa-bahasa atau variasi-variasi yang dikuasai seseorang pemakai bahasa yang masing-masing memungkinkannya untuk melaksanakan peran sosial tertentu. (2) keseluruhan keterampilan komunikasi pembicara atau pendengar dalam situasi pertukaran informasi. (3) keseluruhan variasi-variasi bahasa dalam suatu masyarakat bahasa (Harimurti,1983:145).  
          Ragam bahasa menurut Harimurti (1983:142) adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topic yang dibicarakan, menurut hubungan pembicaraan, kawan bicara dan orang yang dibicarakan, dan menurut medium pembicaraan seperti ragam kesusastraan, ragam lisan, ragam pidato, ragam puitis, ragam resmi, ragam santai, ragam standar, ragam substandard, dan ragam tulis.
          VR yang dimiliki penutur ada dua, yaitu VR yang dimiliki oleh setiap penutur secara individual dan VR yang merupakan milik masyarakat tutur secara keseluruhan.
          Berdasarkan VR yang dimiliki masyarakat bahasa, masyarakat bahasa itu dikelompokkan atas tiga kelompok(1) masyarakat monolingual,(2) masyarakat bilingual,(3) masyarakat multilingual.
  Masyarakat monolingual adalah suatu masyarakat bahasa yang hanya dapat berkomunikasi dengan satu bahasa. Masyarakat seperti ini biasanya ditemui pada masyarakat terinsolir. Masyarakat bilingual lebih maju karena telah dapat berkomunikasi dengan dua bahasa. Terlebih masyarakat multilingual yang memiliki kemampuan berbahasa lebih dari dua bahasa, jelas lebih maju.

   Verbal repertoire (VR)diartikan sebagai kemampuan berkomunikasi yang dimilki oleh penutur.
a.     Kemampuan  berkomunikasi apa saja yang harus dimiliki penutur!
b.    Masyarakat bahasa dikelompokkan atas tiga, berdasarkan VR dimikliki nya.  Sebutkan serta jelaskan!

MASYARAKAT BAHASA
Merupakan sekumpulan manusia yang menggunakan sistem isyarat bahasa yang sama (Blomfield dalam Nababan, 1991:5). Oleh para ahli sosiolingustik pengertian ini terlalu sempit karena setiap orang menguasai dan menggunakan  lebih dari satu bahasa.
Corder (dalam Alwasilah, 1985:41) mengatakan bahwa masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang satu dengan yang lain bisa saling mengerti sewaktu mereka berbicara. Jadi, masyarakat bahasa itu adalah sekelompok orang yang mempunyai norma yang sama dalam menggunakan bentuk-bentuk bahasanya.
      

4      BILINGUALITAS DAN BILINGUALISM
Bilingualitas artinya kemampuan mempergunakan dua bahasa, dan bilingualism  artinya kebiasaan memakai dua bahasa. Dalam bilingualitas dibicarakan tingkat penguasaan bahasa dan jenis ketrampilan yang dikuasai sedangkan dalam bilingualism dibicarakan pola-pola penggunaan  kedua bahasa bersangkutan, seringnya dipergunakan setiap bahasa, dan dalam lingukungan bahasa yang bagaimana bahasa-bahasa itu dipergunakan.

5      PENGGUNAAN BAHASA/ETNOGRAFI BERBAHASA
   Dell Hymes(dalam Nababan, 1991:7) dalam penggunaan bahasa ada delapan unsur yang harus diperhatikan     (disingkat SPEAKING).
1.              Setting dan Scene
Ini berhubungan dengan latar atau tempat peristiwa tutur terjadi.   Juga berkaitan dengan where dan when  (waktu bicara dan suasana, kapan dan suasana yang tepat untuk menggunakan tuturan).
2.   Participant
 Participant adalah alat penafsir yang menanyakan siapa saja pengguna bahasa  (penutur, mitratutur, dan pendengar)
3.   End
Komponen tutur end mengacu pada maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam aktivitas berbicara.
4.   Act Sequence
Komponen tutur act sequence berhubungan dengan bentuk dan isi suatu tuturan.
5.   Key
Komponen tutur key berhubungan dengan manner, nada suara, sikap atau cara berbicara.
6.   Instrumentalis
Instrumentalis berhubungan dengan channel/saluran dan bentuk bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan.
7.   Norms
Komponen tutur norms berhubungan dengan kaidah-kaidah tingkah laku dalam interaksi dan interpretasi komunikasi. Norma interaksi dicerminkan oleh tingkat     sosial atau hubungan sosial yang umum dalam sekelompok masyarakat.
8.   Genre
Genre merupakan kategori yang dapat ditentukan lewat bentuk bahasa yang  digunakan.
 
6      SOSIOLINGUISTIK DENGAN ILMU LAIN

  1. Sosiolinguistik dengan Sosiologi
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan manusia sebagai individu ataupun sebagai kelompok masyarakat yang objek kajiannya ialah proses hubangan antarmanusia dalam masyarakat. Di samping itu sosiologi juga mempelajari struktur sosial, organisasi kemasyarakatan, hubungan antaranggota masyarakat, dan tingkah laku masyarakat. Di dalam masyarakat terdapat berbagai lapisan, antara lain lapisan pengusaha, lapisan pejabat, lapisan rakyat jelata dll. Lapisan-lapisan masyarakat tersebut menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa yang digunakan oleh setiap lapisan jelas berbeda-beda. Ada perdaan tersebutnya perbedaan-perbedaan tersebut, sosiolnguistik menyebutnya dengan variasi bahasa.  Di samping itu, kesamaan dapat dilihat dalam menggunakan  metode penelitian, seperti pengumpulan data penelitian dengan menggunakan metode wawancara, rekaman, dan pengumpulan dokumen serta pengolahan data penelitian dengan menggunakan metode deskripsif.
  1. Sosiolinguistik  dengan Pragmatik
        Fishman (dalam Chaer dan Agustina, 1972:4) mengatakan bahawa sosiolinguistik adalah mengkaji variasi bahasa, penggunaan bahasa dalam hubungannya konteks sosialmasyarakat yang mendukungnya.
Konteks adalah unsure di luar bahasa. Bidang ini dikaji dalam pragmatik.
Pragmatic adalah
(1)           Aspek-aspek pemakaian bahasa/konteks luar bahasa yang memberikan pada makna ujaran;
(2)           Syarata-syaratyang mengakibatkan serasi atau tidaknya pemakaian bahasa  dalam komunikasi.
Dari pengertian tersebut dapat dilihat hubungannya. Bahasa apa yang digunakan oleh masyarakat sehingga komunikasi menjadi lancer (sosiolinguistik).  Pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh pembicara dan mitrawicara sehingga komunikasi menjadi serasi (pragmatic).
  1. Sosiolinguistik dengan Antropologi
       Antropologi mempelajari
·         Manusia dan kebudayaan
·         System kemasyarakatan
Kajian tentang masyarakat dari sudut kebudayaan dalam arti luas, seperti
·         Kebiasaan-kebiasaan
·         Adat
·         Hukum
·         Nilai lembaga sosial
·         Relegi
·         Teknologi
·         Bahasa    (Sumarsono dan Paina, 2003:13).
       Salah satu unsur kebudayaan itu adalah bahasa. Denga bahasa masyakat dapat mempelajari kebudayaan. Bagi antropologi, bahasa merupakan ciri penting bagi jati diri sekelompok orang berdasarkan etnik. Setiap etnik berinteraksidengan etnik lain. Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi  itulah merupakan kajian sosiolinguistik.

7                    VARIASI BAHASA (VB)

       Variasi adalah ujud pelbagai manifestasi bersarat maupun tak bersaratdari suatu satuan (Harimurti, 1983:175). Sedangkan dalam KBBI dinyatakan variasi adalah tindakan perubahan dari keadadaan semula; bentuk yang lain; berbeda-beda bentuk. VB artinya bentuk-bentuk bagian atau variasi dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola yang menyerupai pola umum bahasa induknya. Artinya bahasa-bahasa yang berbeda-beda bentuk tetapi tetap memiliki kesamaam dengan pola bahasa induknya.
           Mansoer Pateda menyebutkan tiga hal yang terdapat dalam pengertian VB, antara lain, (1) ada pola-pola bahasa yang sama; (2) pola-pola bahasa itu dapat dianalisis secara deskriptif; (3) pola-pola yang dibatasi makna tersebut dipergunakan penuturnya untuk berkomunikasi. Jadi, berdasarkan uraian tersebut VB dapat dilihat dari (a) tempat, (b)waktu, (c) pemakai, (d) situasi, (e) dialek yang dihubungkan dengan sapaan, (f) status (g) pemakaiaannya (= ragam).
           Mc. David (1969) dalam Tampubolon (1978:1) VB dibagi atas tiga, yaitu (1) dimensi regional, (2) dimensi sosial, (3) dimensi temporal.
           Halliday (1970) membagi VB atas dua yaitu, VB berdasarkan pemakainya (= ragam) dan VB berdasarkan pemakai (= dialek).
          Chaer dan Agustina  (1995:93) membedakan VB  atas empat, yaitu (1) segi penutur, (2) segi pemakaian, (3) segi keformalan, dan (4) segi sarana.  
           Jadi, dari uraian tersebut VB dapat dilihat:
1.VB dari segi Tempat  
1.1 Tempat dapat mengakibatkan VB
    Tempat yang dimaksud adalah tempat yang dibatasi air, keadaan tempat berupa gunung dan hutan. Variasi seperti ini menghasilkan dialek. Dialek berasal dari dialektos
Dari bahasa Yunani yang dihbungkan dengan keadaan bahasa Yunani pada waktu itu. Ciri-cirinya: (1) perbedaan dalam kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan; (2) merupakan seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda, yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya disbanding dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama; (3) dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa.
      Ada lima macam perbedaan yang terdapat pada dialek, yakni: (1)perbedaan fonetik, polimorfisme atau alofonik. Perbedaan ini berada di bidang fonologi dan penutur tidak menyadari adanya perbedaan tersebut. (2) perbedaan semantic. (3) perbedaan anomasiologis yang menakjudkan nama yang berbeda berdasarkan satu konsep yang diberikan di beberapa tempat yang berbeda. (4) perbedaan semasiologis, yaitu pemberian nama yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda. (5) perbedaan morfologis. Di Indonesia kita mengenal bahasa Indonesia dialek Jakarta, dialek Menado, dialek Ambon, dialek Banjarmasin, dll.
     Ilmu tentang dialek disebut dialektologi. Bagaimana melukiskan hubungan-hubungan dalam dialek disebut geografis dialek. Atau dialek geografis ialah cabang dialektologi yang mempelajari hubungan yang terdapat di dalam ragam-ragam bahasa dengan bertumpu kepada satuan ruang atau tempat terwujudnya ragam-ragam tersebut(Ayatrohaedi,1979:28). Untuk menetukan suatu dialek regional dapat dilihat dari kreterium structural, kreterium saling mengerti, dan kreterium sosio-kultural. Dalam hubungan ini dikenal dua bentuk, yaitu bentuk lento, artinya suatu bentuk bahasa yang utuh, digunakan dalam bahasa tulis atau situasi resmi. Dan bentuk alegro artinya bentuk  
1.2 Bahasa Daerah
      Bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai  oleh penutur bahasa  yang tinggal di daerah tertentu.
1.3 Kolokial
      Kolokial adalah bahasa yang dipakai sehari-harioleh masyarakat yang tinggal di dearah tertentu. Kolokial disebut juga bahasa sehari-hari, bahasa percakapan, atau bahasa pasar. Dengan kata lain, bahasa yang digunakan secara lisan, dan yang dipentingkan sekali adalah setting pemakaiannya.Kolokial yang mengandung kata-kata yang kurang enak didengar, disebut slang. Slang juga berarti ucapan pepoler yang kita dengar sehari-hari. Aslinda mengatakan slang merupakan VB yang bercirikan dengan kosa kata yang baru ditemukan dan cepat berubah. VB ini  digunakan oleh kaula muda atau kelompok sosial dan profesional untuk berkomunikasi “di dalam rahasia”. 

1.4 Vernakuler
      Vernakuler adalah bahasa lisan yang berlaku sekarang pada daerah atau wilayah tertentu.

2.VB Dilihat dari Segi Pemakai/Penutur
   
Labov (dalam Chaer dan Agustina, 1995:86) membedakan VB berkenaan dengan tingkat VB dari segi penutur adalah VB yang bersifat individu (idiolek) dan VB dari kelompok individu yang jumlahnya relative yang berada pada satu tempat wilayah atau area(dialek).golongan, status, dan kelas sosial penuturnya atas: akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken.
     Akrolek adalah VB yang dianggap lebih tinggi atau bergengsi dari variasi sosial lainnya. Misalnya bahasa Jawa Bagongan, bahasa Perancis dialek kota Paris. Sedangkan VB yang kurang bergengsi, bahkan dianggap lebih rendah disebut basilek. VB vulgar adalah VB sosial yang cirri-cirinya tampak pada tingkat intelektual penuturnya. Maksudnya, VB yang biasa digunakan oleh penutur yang kurang berpendidikan dan tidak terpelajar. Misalnya, VB yang digunakan oleh penutur di tengah pasar. Jargon merupakanVB yang digunakan oleh kelompk sosial atau kelompok pekerja tertentu dan tidak dimengerti oleh kelompok lain, artinya digunakan dalam lingkungan tersendiri. Zeigher mengemukan bahwa argot adalah VB khas pencuri tetapi VB ini memakai kosa kata teknis atau khusus dalam perdagangan, frofesi, dan kegiatan lainnya. Dikatakan argot bersinonim dengan jargon dengan pengertian bahasa rahasia. Ken merupakan VB yang dipakai sebagai VB merengek-rengek atau pura-pura. Misal, bahasa pengemis.
       Mansoer Pateda merinci VB dilihat dari segi penutur atau pemakai bahasa antara lain: glosolalia, idiolek, kelamin, monolingual, rol, status sosial (pendidikan, pekerjaan penutur), dan umur.
       Glosolalia ialah ujaran yang dituturkan ketika orang kesurupan. Seorang dukun yang memanterai pasiennya biasanya tidak sadarkan diri. Idiolek yang seperti sudah disebutkan di atas meskipun bahasanya sama, tetap diujarkan berbeda oleh setiap penutur, baik yang berhubungan dengan aksen, intonasi, dan yang lainnya. Kelamin juga dapat menimbulkan VB walaupun tidak tajam. Perbedaan itu dapat dilihat dari segi suasana pembicaraan, topik pembicaraan, dan pemilihan katanya. Rol ialah peranan yang dimainkan seorang pembicara dalam interaksi sosial. Peranan yang dimaksudkan adalah cara bertutur yang dipengaruhi oleh lawan tutur (siapa yang diajak berbicara). Fishman menyebut faktor-faktor yang mempengaruhi: umur, jenis kelamin, hubungan kekeluargaan, jabatan, status ekonomi, pendidikan peristiwa sosial,tempat, waktu,topik,tujuan, dan tingkat keakraban. Status sosial pemakai bahasa yakni kedudukannya yang dihubungkan dengan tingkat        
pendidikan dan jenis pekerjaan. Tingkat pendidikan akan menyebabkan pemilihan jenis pekerjaan, dan menyebabkan pula VB yang dipergunakan. Misalnya, seorang dokter yang menggunakan istilah-istilah kedokteran, dan begitu pula profesi lainnya. Jadi, dapat dilihat dari: (a) jumlah kosa kata yang digunakan, (b) pemilihan kosa kata yang dipergunakan, (c) kosa kata yang dihubungkan dengan kata-kata kasar dsb., (d) cara pengungkapan.
       Soeseno Kartomihardjo (1981) mengatakan bahwa bagi pemakai bahasa Jawa terdapat tingkat berbahasa sebagai berikut:
(a)    Ngoko yang dipergunakan secara intim untuk tingkat bawah
(b)   Kromo , bahasa yang dipergunakan dalam hubungan formal
(c)    Madyo, yakni bahasa yang tingkatnya antara ngoko dan kromo
(d)   Kromo inggil, yakni bahasa Jawa halus dipergunakan untuk orang dihormati
(e)    Kromo andhap, yakni bahasa Jawa halus digunakan untuk orang  belum dikenal
Umur juga mempengaruhi bahasa yang dipergunakan seseorang. Makin tinggi umur seseorang makin: banyak kata yang dikuasai, pemahamannya dalam struktur bahasa makin baik, dan juja makin baik pelajarannya.

3.VB Dilihat dari Segi Pemakaiannya 
          Menurut pemakaiannya, bahasa dapat dibagi atas: diglosia, kreol, lisan, nonstandard, pijin, register, repertories, reputation, standar, tulis, bahasa tutur sapa, kan, jargon (Pateda,1987:61).
          Diglosia merupakan suatu keadaan dimana suatu masyarakat mempergunakan dua bahasa atau lebih untuk berkomunikasi antara sesamanya. A. Ferguson membedakan bahasa, ada bahasa tinggi (high language), contohnya bahasa yang berhubungan dengan agama, pendidikan, dan aspek budaya yang tinggi dan bahasa rendah(low language) contohnya bahasa yang digunakan di rumah, di pabrik, dsb.
         Kreolisasi adalah suatu perkembangan linguistic yang terjadi karena dua bahasa berada dalam kontak yang waktunya lama. Kreolisasi terjadi akibat kontak pemakaian bahasa. Dalam kontak tersebut terjadi integrasi antara kedua bahasa. Dalam integrasi ini ipergunakan terjadi bahwa salah satu bahasa menjadi sumber tata bahasa. Pada mulanya bentuk yang terjadi adalah bahasa pijin yang timbul karena urgensi komunikasi yang kemudian berkembang terus menjadi kreol. Bickerton mengatakan bahwa dalam kreolosasi terdapat tiga tingkatan: basilek (pijin), mesolek, dan aksolek (kreol).
         Bahasa pijin adalah bahasa yang timbul akibat kontak bahasa yang berbeda. Pembicara dari bahasa yang berbeda mengadakan kontak kebahasaan di mana akan terdapat unsure-unsur dari kedua bahasa yang bersangkutan. Jadi, bahasa yang timbul adalah bahasa campuran. Ini terjadi karena dipergunakan untuk kepentingan komunikasi singkat. Contohnya, bahasa Inggris Singapura (pijin Singapura).
       Register ® adalah pemakaian bahasa yang dihubungkan dengan pekerjaan seseoarng. Register dapat dirinci menjadi 5, yaitu oratorical(frozen), deliberative, colsultative, causal, dan intimate.( R) yang oratorical dipergunakan oleh pembicara yang professional, seperti tukang pidato. (R) deliberativeditujukan kepada pendengar untuk memperluas pembicaraan yang disengaja. Perbedaannya, kalau (R) oratorical menekankan pada pemakaian bahasa sedangkankan R deliberative menekankan tentang apa yang dibicarakan. Persamaannya, sama-sama bersifat menolog. R consultative terdapat dalam transaksi perdagangan di mana terjadi dialog karena orang membutuhkan persetujuan antara keduanya. R casual dipergunakan untuk menghilangkan rintangan-rintangan di antara dua orang berkomunikasi. R iminitif dipergunakan dalam suasana kekeluargaan.
      Reputation adalah pemilihan pemakaian suatu bahasa karena factor penilaian terhadap suatu bahasa.
      Bahasa standar menurut Harimurti, ditandai oleh stabilitas yang luwes dan intelektualisasi. Menurutnya, bahasa standar harus distabilkan dengan kodifikasi, tetapi kodofikasi itu harus luwes untuk memungkinkan penyesuaian dengan perubahan-perubahan cultural. Intelektualisasi adalah tendensi kearah pengungkapan yang teliti, tepat, dan pasti. Tambahnya, bahasa Indonesia standar bukanlah suatu dialek regional, tetapi suatu variasi bahasa yang dipergunakan untuk keperluan komunikasi resmi, wacana ilmiah, khotbah (ceramah, kuliah), dan bercakap-cakap dengan orang yang dihormati. Ciri-ciri leksikal dan gramatikal yang menandai bahasa Indonesia standar, ialah: a)Penggunaan konjungsi seperti bahwa dank arena secara konsisten dan eksplisit; b) Penggunaan partikel lah dan pun secara konsisten; c)Penggunaan fungsi gramatikal (SPO) secara eksplisit dan konsisten; d) Penggunaan awalan me dan ber secara konsisten; e)Penggunaan secara konsisten pola frasa verbal aspek + agens + V ; f)Penggunaan konstruksi yang sintetis, misanya bukan dia punya mobil, bikin bersih; mobilnya, membersihkan; g)Terbatasnya jumlah unsure leksikal dan grammatical dari dialek-dialek regional dan bahasa daerah bahasa daerah yang masih dianggap asing; h)Pengguaan polaritas tutur sapa yang konsisten, misalnya saya dan bukan aku; i)Unsure-unsur leksikal sepertisilakan, harap, kepadanya bukan padanya
-pada + persona, bukan di + persona
-pada + waktu, bukan di + waktu
-dengan … bukan sama …

2 komentar:

  1. gan.. untuk liat RPP Bhs Indonesia langsung aja kunjungi http://rppkomplit.blogspot.com
    hidup ini lebih berarti bila saling berbagi....

    BalasHapus
  2. Makasi Banget dah berbagi saudara, o ya..... lok boleh tahu dari mana dan siapa nama aslinya?

    BalasHapus